Soundcorners.com – Perdebatan tentang Analog versus Digital kian hangat diperbincangkan oleh para musisi, baik di panggung maupun rekaman. 2 tahun lalu dunia maya digemparkan oleh tagar #AntiStudio dan #AntiTembok yang dicetuskan oleh Indra Qadarsih yang akrab disapa mas Indra. Ex personil Slank yang terkenal di kalangan musisi ini sering memposting foto-fotonya di media sosial pribadinya, proses produksi sebuah karya di luar studio, dengan hanya menggunakan gear yang sederhana dan compact.
Tim Soundcorners.com mendapat kesempatan untuk menyambangi kediaman mas Indra Qadarsih untuk meliput dan menanyakan langsung tentang terobosan yang ia cetuskan. Mas Indra menceritakan panjang lebar tentang gear apa saja yang digunakannya, dan keuntungan memproduksi sebuah musik di luar Studio.
Gear yang digunakan mas Indra di luar studio bisa dibilang cukup simple, namun memiliki kualitas yang sangat baik. Untuk midi controller, mas Indra menggunakan Arturia keylab61 mkII, lalu masuk ke soundcard UAD Apollo Twin, “Semenjak UAD ngeluarin Apollo, gue perlahan makin yakin sama teknologi sekarang”, kata mas Indra. Untuk recording, mas Indra menggunakan DAW Cubase, sedangkan untuk mixing dan mastering menggunakan Protools 11. “Awalnya gue ragu dengan digital, karena kecepatan hard disk yang masih kurang mumpuni, yaitu sekitar 500mb perdetiknya, lalu setelah menggunakan Macbook Pro keluaran tahun 2016 yang menggunakan SSD dengan kecepatan 3Gb/s, gue yakin laptop ini sanggup, apalagi ditambah kualitas yang dihasilkan UAD Apollo Twin”, jelas mas Indra
Plugin-plugin keluaran UAD di support oleh Melodia Musik. IK Multimedia dan juga Native Instument yang disupport langsung oleh distributor Chandracom, banyak digunakan untuk recording maupun tahap mixing dan mastering. “Menurut gue sound plugin pluginnya sudah menyerupai hardware, baik dari segi kualitas suara, headroom, dan lainnya”, katanya. Jika dibutuhkan automasi yang lebih akurat, misalnya untuk mixing orchestra atau scoring film, mas Indra menggunakan mixer SSL Nucleus 1 yang dihubungkan menggunakan kabel LAN menuju laptop. iLoud Micro monitor menjadi andalan mas Indra pada tahap recording, karena db yang dihasilkan besar dan suara yang cukup detail. Sedangkan pada tahap mixing dan mastering menggunakan 4 speaker sekaligus, iLoud Micro Monitor, IEM Final Audio, Headphone Focal Listen Pro, dan Centrance Masterclass 2504 untuk mendengarkan secara lebih detail akan maksimal”,
Selain efisiensi kerja, banyak sekali kelebihan dari program #AntiStudio dan #AntiTembok ini. Sekarang mas Indra bisa bekerja di halaman rumahnya, keluar kota, di dalam kereta, di bandara, hingga menyewa hotel yang memiliki taman yang asri “pokoknya ga ada tembok”. “Di luar kita bisa ngedapetin udara yang lebih baik, bisa ngeliat pemandangan juga, jadi otak ga stress, bisa lebih memacu kreatifitas buat nyari inspirasi juga”, ujar mas Indra.
Bisa lebih banyak menghabiskan waktu bersama keluarga juga menjadi poin penting. “Gue pernah kondangan sambil bawa laptop dan headphone buat mixing kerjaan, kalo di studio gue ga punya waktu buat datang ke acara, apalagi kalau dikejar deadline”, cerita mas Indra.
Jadi, terobosan #AntiStudio dan #AntiTembok ini memiliki keunggulan yang sangat banyak, mulai dari meminimalisir peralatan, mobilitas kerja, hingga kesehatan, namun tentu saja tidak mengurangi kualitas karya yang dihasilkan, caranya dengan menggunakan peralatan terbaik di bidangnya, ditambah lagi jam terbang mas Indra Qadarsih yang sudah tidak perlu diragukan lagi. “Apapun alatnya, mau analog, mau digital, selama man behind the gun nya kurang jam terbang, hasilnya pun tidak akan maksimal”, tutup mas Indra.