Soundcorners.com – Jika kalian penikmat karya-karya dari Republik Cinta Management, kemungkinan besar kalian pernah mendengarkan suara gitar Vega Antares. Gitaris berdarah campuran Minangkabau dan Jawa ini adalah salah satu session guitarist ternama di Indonesia. Vega Antares atau yang akrab disapa mas Vega berperan sebagai additional guitarist di band ternama Dewa 19, dan juga banyak mengisi gitar untuk Ari Lasso.
Selain bermain gitar untuk RCM (Republik Cinta Management), Mas Vega sering juga bermain reguler untuk banyak kafe-kafe maupun bar-bar besar di Jakarta, entah sendiri atau bersama project barunya, DIAA. DIAA beranggotakan Aqi Singgih, Audrey Singgih, Agung Setiagiri, dan tentu saja Vega Antares. Setelah beberapa tahun manggung bersama, DIAA memutuskan untuk membuat single yang berjudul Aku. “ karena masing-masing personil punya studio di rumah, kami memutuskan untuk bikin single sendiri, biar punya legacy, dan ga cuma dikenal sebagai band cover” ungkap mas Vega saat di temui tim Redaksi soundcorners.com, Penasaran sama DIAA? Kabarnya, mereka akan bermain di JavaJazz pada tanggal 1 Maret 2019, ikut juga akun mereka di instagram @diaa.id untuk info lebih lengkap.
Meskipun sudah banyak job sebagai gitaris, Vega Antares juga memiliki studio di rumahnya yang bernama Antares. Di studionya, mas Vega mengerjakan berbagai macam project seperti music arrangement, produksi lagu dan jingle iklan,, hingga mixing dan mastering. Beberapa karya yang diproduksi studio Antares adalah single terbaru Bilal Indrajaya, berjudul Ruang Kecil, dan lagu Dunia Maya milik Ari lasso.
Kesibukannya di dunia musik sebagi gitaris, tentu Vega Antares membutuhkan gitar yang mumpuni dan bisa mengatasi panggung dengan segala genre yang mas Vega mainkan. Yamaha 611 untuk sound yang lebih versatile, dan Yamaha Revstar 420, yang sudah di warnai oleh Arnis Muhammad, untuk sound yang menggunakan dirt effect. Untuk simulasi ampli dan efek-efek lainnya Vega Antares mengandalkan Line 6 Helix LT. “Aku pake Line 6 Helix LT saat manggung ataupun di studio, karena praktis, dan juga sound yang sangat mumpuni dan juga konsisten, efeknya juga banyak, berasa punya toko musik, haha” ungkap mas Vega. Karena kesukaannya dengan produk produk Yamaha, pada tahun 2017 Vega Antares ditunjuk sebagai salah satu endorser Yamaha. Routing yang digunakan untuk manggung dan di studio kurang lebih sama, dari gitar, masuk ke Line 6 Helix LT, lalu langsung masuk ke PA, terkadang masuk juga ke return amp hanya sebagai monitor. Untuk panggung yang tidak terlalu besar, Vega Antares mengandalkan Line 6 Relay G10 sebagai wireless.
Untuk gitar akustik, Vega Antares mengandalkan Yamaha AC3R ARE, karena bodynya yang yang tidak terlalu besar seperti gitar akustik dreadnought, dan juga soundnya yang mumpuni. Yamaha AC3R ARE menggunakan piezo pickup tipe SRT-2. Pickup SRT-2 memiliki sensor yang independen untuk tiap senarnya, sehingga menghasilkan sound yang lebih detail, clear dan tidak terlalu bassy seperti piezo pickup berkonstruksi blok lainnya. Untuk Routing gitar akustik, dari gitar masuk melewati efek vocal TC Helicon, lalu masuk ke tuner, looper, EQ, lalu masuk ke DI Box.
Musisi berpengalaman sekaliber Vega Antares saja sudah mengandalkan Yamaha untuk segala medan tempurnya, masih ragu pake Yamaha? Yakin masih nyari yang lebih mahal dengan kualitas yang setara?
No comments so far.
Be first to leave comment below.