Lewat Single “I’ll Be Here” Els Hagia Berbagi Harapan
Jakarta, soundcorners.com – Pandemi COVID-19 lalu menyisakan banyak cerita bagi semua orang di seluruh belahan dunia. Tanpa terkecuali bagi Els Hagia. Singer/songwriter asli Indonesia berusia 15 tahun yang sudah beberapa tahun belakangan mukim di Los Angeles, Amerika Serikat. itu juga punya sejumlah cerita yang kemudian ditorehkannya sebagai lirik-lirik lagu. Seperti yang tuturkan di singel terbaru, “I’ll Be Here”, yang dirilis 8 Februari 2024.
“Singel ini kutulis pasca-pandemi, sekitar tiga tahun lalu. Saat itu aku merasa bahwa wabah COVID-19 ini benar-benar mempengaruhi hubungan interpersonal kita sebagai makhluk sosial. Banyak dari kita, termasuk diriku, yang merasa kesepian dannkena mental saat melalui masa-masa itu. Nah lewat lagu ini, aku ingin menemani dan menenangkan mereka,” ujar Els.
Mulai menapaki karir musik dan dunia penampil di usia dini, sedari awal Els memang memiliki minat besar dalam menulis. Dia kerap menuliskan apa saja yang dilihat, didengar, dan dirasakannya.
Konon kebiasaan ini dilakukan Els sejak dia bisa menulis. Sang Ibu, Elsabakh Elisabeth bercerita bahwa Els kecil suka sekali menulis kartu ucapan, atau surat pendek baginya. Biasanya berisi ungkapan hatinya saat atau hari itu.
Kebiasaan ini pun tak lantas hilang ketika Els mulai disibukkan oleh kegiatan-kegiatan lain. Asal tahu saja, walaupun menyanyi dan musik merupakan cinta pertamanya, namun kelahiran Jakarta, 15 tahun lalu ini juga punya segudang prestasi di bidang-bidang lain selain musik. Sebutlah gimnastik, dance, modelling, juga akting. Hebatnya, semua dijalani Els dengan intensitas yang tinggi. Buktinya dia sempat menggondol beberapa gelar juara di bidang-bidang itu. Tahun 2021 lalu, Els dinobatkan sebagai Gadis Sampul versi Majalah GADIS.
Semua prestasi dan presensinya di media sosial itu membawa Els dilirik oleh Gushcloud International yang kemudian mengarahkannya sebagai hiphop dancer dan influencer. Pada 2017, oleh Gushcloud juga, Els sempat dikolaborasikan dengan rapper asal Amerika, Silento dan Zay Hilfigerrr.
Tapi sekali lagi, semua itu tak melunturkan minat Els untuk lebih bertutur, dan bercerita lewat lirik lagunya sendiri. Setelah menyelesaikan kontraknya dengan Gushcloud, Els pun menanggalkan atribut hiphop-nya dan banting setir memilih indie-folk sebagai genre yang ditekuninya. “Aku merasa lebih leluasa untuk mengekspresikan diri dengan genre ini,” bilangnya.
“I’ll Be Here” ditulis Els dengan piano. “Begitu duduk di depan piano, aku merasa bahwa Tuhan-lah yang menulis lagu ini, sementara aku hanyalah alat-Nya. Inti lagu ini seperti sebuah janji dari-Nya padaku bahwa semuanya akan baik-baik saja.
It doesn’t always have to start with a smile, but we will try to end it with a hug’ adalah kalimat yang langsung muncul di benakku saat itu. Dan itu seperti sebuah pesan dari- Nya yang harus aku bagikan ke orang lain. Kenyamanan, dan keyakinan yang kurasakan saat itu, benar-benar adalah pengalaman terbaikku dalam menulis lagu,” kisah Els.
Walau saat ini mukim di Amerika, produksi “I’ll Be Here” dilakukan di Indonesia, persisnya di Rumah Iponk, Karawaci, Tangerang. Dibantu David Halim sebagai produser, secara aransemen, Els memutuskan untuk tidak memasukkan banyak lapisan instrumen. Dengan piano tetap sebagai instrumen utama, dibalut orkestrasi, baik Els maupun David ingin menonjolkan tuturan lirik yang penuh pesan itu.
“Lewat singel ini aku ingin berbagi harapan bagi mereka yang sedang mengalami masa-masa suram. Setidaknya, memberitahu bahwa mereka nggak sendirian,” tutup Els.
No comments so far.
Be first to leave comment below.