Makki Ungu dan Iwan Hasan Bentuk Group Baru, Dengan Single ‘Ragu – Sibincar Layo’
Jakarta, soundcorners.com – Musik adalah bahasa universal, yang tentunya bisa mempertemukan dengan latar belakang yang berbeda. Hal inilah yang dilakukan Iwan & Makki Collective, sebuah proyek musik baru yang menggabungkan dua karakter berbeda yang bersinergi dalam sebuah karya musik.
Seperti diketahui, Makki Parikesit adalah bassist band Ungu yang beraliran Pop, sedangkan Iwan Hasan merupakan komposer, arangger orchestra dan gitaris band rock progresif bernama Discus. Pertemuan keduanya bukanlah sesuatu yang instant. Berawal ketika Iwan Hasan pada 1995 diminta membuat aransemen orkestra lagu band Ungu ‘Demi Waktu’ dari album “Melayang”. Lagu inipun sukses di pasar. Dan berlanjut untuk penggarapan arangger orchestra lagu-lagu Ungu berikutnya, seperti ‘SurgaMu’, ‘Cinta Dalam Hati’, ‘Kekasih Gelapku’ dan lain sebagainya.
Selama proses kerjasama tersebut, Makki dan Iwan menemukan kecocokan selera musik, mereka sama-sama mencintai musik jazz dan mempunyai pengalaman bermain musik jazz. Akhirnya tercetuslah ide untuk membuat kolaborasi dengan memainkan musik yang menggabungkan unsur pop, jazz dan rock progresif. Setelah melalui proses panjang, akhirnya keduanya bersepakat membentuk duo ini. Selanjutnya, mereka mulai menggarap single pertama mereka, bertitel ‘Ragu – Sibincar Layo’ yang menggaet (featuring) Fitra Chord Barus, sebagai vokalis. Yang menarik lagu ini merupakan medley (penggabungan) dari lagu ‘Ragu’ yang diciptakan oleh Iwan dan Fitra, dengan lagu tradisi Karo‘Sibincar Layo’ yang dicitpakan oleh almarhum nenek kandung Fitra, yaitu Tipan Br. Sembiring (1906 – 1997) pada paruh pertama abad ke 20.
Lagu ‘Sibincar Layo’ telah cukup dikenal di kalangan masyarakat Karo, yang bercerita tentang seseorang yang berusaha meyakinkan orang yang dicintainya agar tidak lagi ragu-ragu untuk memutuskan menerima cintanya. Sedangkan lirik lagu ‘Ragu’ ditulis oleh Fitra bertema sama dan ditulis sebagai interpretasi lirik ‘Sibincar Layo’ dalam versi jaman kini.
Untuk menguatkan karakter budaya Karo, di penggarapan lagu ini juga melibatkan musisi tradisional Junianto Meliala (perkusi Karo) dan Mardi Sembiring (Sarune), sebuah alat musik tiup tradisonal yang saat ini sudah termasuk langka pemainnya. Selain kedua nama tersebut, terdapat juga Yessi Kristianto (keyboard) dan Cliff Sumeisey (drums) yang ikut terlibat pada penggarapan single ini. Lagu ini mencampurkan elemen musik pop dengan elemen-elemen jazz, rock progresif dan alat musik tradisional Karo.
Lagu ini dibuat dengan tiga versi: versi standar, radio edit dan extended version. Sebuah video musik juga telah dibuat untuk versi radio edit (digarap Harry @ JD Productions), dimana versi lagu ini terasa lebih easy listening, dibandingkan dua versi lainnya.
No comments so far.
Be first to leave comment below.