Soundcorners.com – Hajatan besar Noxa Fest yang kali ini memasuki edisi ke 4 terlaksana pada Minggu (2/12) di lapangan basket Bulungan Jakarta Selatan. Blackandie Record sebagai lebel yang menggarap perhalatan edisi ke 4 ini menghadirkan band-band extreme baik Nasional maupun Internasional.
Melihat historis Noxa fest, berawal sebagai anniversery peluncuran album-album Noxa, namun dengan dukungan skena musik extreme dari komunitas ini akhirnya terwujud menjadi sebuah festival gelaran musik yang rutin dilakukan oleh Blackandie Record. “Noxa Fest awalnya dibuat dengan maksud sebagai acara anniversary atau launching album-album kami, pertama di buat pada tahun 2012.Berhubung banyak dari band kawan-kawan yang mendukung dan ingin main di acara kami baik dari dalam maupun luar negeri, kami buat festival saja dengan menggunakan nama Noxa fest.”, kenang Ade Himernio, gitaris dari Noxa.
Berjalan hingga edisi ke 4, Noxa fest bertransformasi mencakup ruang yang lebih luas sebagai wadah berekspresi dan berkreasi bagi musisi-musisi yang menggandrungi genre extreme.”setelah menjalankan acara ini beberapa kali, kami melihat wadah ini berpotensi sangat baik terutama di kalangan komunitas musik extreme, akhirnya kegiatan ini kami buat sebagai wadah dan media komunitas untuk berekspresi dan berkarya dengan menjangkau generasi junior hingga senior baik nasional maupun internasional.”, papar Ade.
Membuka ruang kreatifitas bagi komunitas musik ekstreme, Noxa fest sudah mendatangkan band-band Nasional maupun internasional untuk mengisi konten gigs-nya.”sebagai contoh acara Noxafest yang baru terlaksana pada Minggu (2/12) ada 3 band yang tampil dari luar negeri yaitu As I End (Malaysia), Carnivora (Thailand) dan The kandarivas (Jepang). Sementara, untuk band nasionalnya ada beberapa dari Jakarta, DeadSquad (Jakarta) Death Vomit (Jogjakarta), Down For Life (Solo) dan Batu Nisan (Pemalang). Tahun lalu kami juga mendatangkan band dari Singapore,Brunai Darussalam,Finlandia, Malang dan Sukabumi. Disini kami berkumpul bersama sesama pelaku dan pecinta musik extreme dari berbagai pelosok daerah dan dunia dengan satu tujuan, yaitu menjalin hubungan kerjasama, silaturahmi sesama konunitas dan juga membangkitkan generasi muda agar bisa terus berkarya dijalur musik ini,daripada nongkrong tidak jelas,mereka ingin berkreasi di jalur ini,kami membuat pilihan kepada mereka untuk bisa bekarya di jalur musik extreme ini.”, papar Ade.
Dinamika dalam meng-organisir Noxafest banyak lika-liku yang dihadapi, mulai dari presiapan kebutuhan produksi hingga prosedur dalam mendatangkan band-band Internasional untuk tampil dalam Noxafest. “Yang paling menyulitkan adalah biaya perijinan. dimana perijinan adanya musisi dari luar negeri itu sangat sulit dan mahal, karena banyak sekali biaya-biaya yang harus kami keluarkan dan buat kami biaya itu sangat tidak masuk akal, karena kami disini bertujuan untuk hal-hal positif. Gue berharap semoga negara ini (Indonesia) bisa cepat berubah terutama mengenai kebijakan-kebijakan pemerintah dalam masalah perijinan terutama dengan hadirnya band-band dari luar negeri yang akan main disini, yang pasti gue sampai sekarang tidak mengerti mengapa perijinan itu sangat mahal, sementara tarif dan biaya itu tidak tertera di surat-surat perijinan yang pernah kami buat. Jika kami tidak membuat perijinan tersebut sangsinya sangat berat, hahaha.’ tutup ade.
No comments so far.
Be first to leave comment below.