Soundcorners.com, Jakarta – Sudah lama tidak terdengar produk multiefeknya setelah terakhir Zoom G5N, rupanya pabrikan asal Jepang ini tidak tinggal diam. Akhirnya, ZOOM G-11 pun diluncurkan di NAMM 2020 lalu dan sudah langsung tersedia di Indonesia. Sebelum G-11 ini rilis, sebenarnya telah banyak perubahan dari aspek teknologi di dunia multiefek digital, terutama adalah Impulse Response atau IR. Ya, IR kini menjadi sebuah fitur yang sexy dan seakan harus wajib ada di semua multiefek hi end. Singkatnya, Impulse Response adalah sebuah pendekatan baru untuk mensimulasikan sebuah karakter sound terutama dari speaker cabinet hingga detail terkecil seperti penempatan microphone dan karakter ruangan. Ujung-ujungnya sih memang memperbaharui ke-realistis-an cabinet simulator dari multiefek generasi sebelumnya. Zoom G-11 ini pun menandai langkah Zoom untuk memasukkan teknologi IR untuk pertama kalinya.
Layout Baru
Sebelum fungsi IR dapat dilihat dan didengarkan, kita lihat dulu layout multiefek berpenampilan menarik ini. Ada satu hal yang membuat Zoom G11 tampil beda, yaitu touchscreen. Di kelasnya, hampir tidak ada kompetitor yang menggunakan layar ini. Lalu di bagian kanan atas, terdapat segmen khusus untuk amplifier. Hal ini bukan tanpa alasan karena memang G11 ini sudah dibekali simulasi amplifier yang banyak, jadi bisa dimaklumi karena akan memudahkan pengguna untuk langsung memilih dan mengedit parameter amplifier secara real time.
Sisanya, terdapat 5 panel mirip ‘stompbox’ untuk mengatur efek-efek yang terdapat dalam rangkaian patch kita yang fungsinya sama seperti Zoom G5N persis dengan fungsi scroll. Namun, dengan jumlah hingga 5 panel bukan 4 seperti G5N. Dengan sistem workflow yang mirip dengan G5N, kita harus melakukan scroll terlebih dahulu jika ingin mengakses efek yang tidak terjangkau panel ini. Ya, karena jumlah maksimum slot efek yang bisa kita susun dalam sebuah patch bisa sampai 9+1 amplifier. Sedangkan panelnya hanya 5.
Koneksi Input/Output
Layaknya multiefek Hi-End, kini Zoom dengan G11-nya memberikan kita Send-Return. Tidak hanya satu, bahkan dua (1 stereo atau 2 mono)! Sehingga kita bisa menggunakan Four Cable Method alias menggunakan amplifier atau stompbox eksternal. Terdapat juga sebuah Control In sehingga kita bisa menambahkan lagi pedal expression lain agar dapat menggunakan 2 efek pedal-based seperti Wah dan Pitch Shift/Whammy dalam satu patch.
Selain Wah dan Pitch Shift/Whammy, kita juga bisa memilih agar parameter tertentu seperti efek modulasi dapat dikontrol dengan pedal expression. Dalam menu G11, sudah disiapkan secara khusus efek yang pedal-based seperti ini dalam satu kategori bersama Wah, Volume, dan Pitch Shift/Whammy sehingga bisa memudahkan workflow kita. Hanya saja, G11 memang belum dilengkapi dengan XLR Out.
Pilihan IR Luar Biasa
SoundCorners langsung mencoba membuat patch dengan memasukkan IR dan langsung terkejut dengan banyaknya IR bawaan dari Zoom. Bayangkan, kita langsung disuguhi 70 built-in IR yang detail. Jadi, setiap simulasi cabinet sudah dipersiapkan hingga 3 versi. Misalkan sebuah cabinet Marshall, maka ada IR yang menggunakan microphone berjarak 1 Inchi, 12 Inchi, hingga microphone room-nya. Sehingga, kita bisa saja dengan detail meletakkan sinyal seperti ini dalam patch kita : Gitar > Ampli > IR Marshall 1 inchi > IR Marshall 12 Inchi > IR Marshall Room. Sungguh menarik.
Untuk pilihan amplifier, semua terdengar sangat baik, sangat detail, dan terutama SoundCorners harus angkat jempol untuk headroom-nya yang memungkinkan kita membuat sebuah patch dengan banyak efek tanpa harus kehilangan clarity. Sound Clean pun terdengar mewah dan megah meski kita memasang hingga dua buah efek delay. Tidak ada suara yang menggulung sama sekali.
Workflow Yang Mudah
Nah, bagaimana kita dapat mencapai sound yang enak? Semuanya dimudahkan oleh touchscreen yang membuat pengoperasian seperti bermain game. Untuk menggeser susunan efek, kita tinggal klik dan drag. Tidak perlu ada animasi-animasian, semua lancar tanpa lemot. Hanya saja, kita memang harus membiasakan dulu bahwa menu untuk mengubah susunan efek itu berbeda dengan menu untuk mengganti jenis efek. Sehingga, kita harus bolak balik menu utama untuk melakukan dua tindakan yang berbeda ini. Untungnya, untuk kembali ke menu kita tinggal meng-swipe layar ke bawah. Makanya, G11 ini tidak ada tombol Home atau Exit.
Keseriusan Zoom dalam membuat Workflow juga terlihat dari pengoperasian Looper dan Drum Track yang terintegrasi. Saat kita sedang mem-playback sebuah drum track, lalu kita mengaktifkan looper sambil suara drum tetap bermain, maka otomatis drum langsung berhenti untuk kemudian bermain kembali bersama looper dalam satu ketukan. Ini sangat memudahkan gitaris untuk membuat komposisi dengan looper. Apalagi, Drum Track yang tersedia juga melimpah. Ya Drum Track ini jugalah yang membuat posisi Zoom G11 kuat di kelasnya karena sejauh ini belum ada kompetitor lain yang menyediakan fitur tersebut.
Namanya multiefek digital, memang semuanya dibatasi dengan kapasitas processing digital (DSP). Yang lebih mahal juga punya keterbatasan ini kok. Nah, Zoom G11 memberikan informasi sudah berapa persen DSP yang terpakai dan setiap efek ada informasi berapa persen akan memakan DSP. Jadi, kita bisa bebas meletakkan efek apapun di manapun selama alokasi DSP masih memungkinkan. Inilah kenapa masih ada cabinet simulator biasa karena IR memakan DSP lebih banyak.
Akhir kata, Zoom G11 menunjukkan bahwa Zoom masih bermain di segmen hi-end. Berbanggalah gitaris yang selama ini setia dengan Zoom G Series generasi sebelumnya karena kita bisa dengan bangga mengupgradenya dengan G11 dan berdiri tegak dengan multiefek hi-end lainnya. Bahkan, kita bisa langsung menggoda pengguna merk lain dengan melakukan pengoperasian layar sentuh, karena yang lain jarang ada yang bisa.
No comments so far.
Be first to leave comment below.