Banyuwangi, soundcorners.com – Cuaca mendung sejak pagi mengiringi perhelatan Jazz Gunung Ijen 2020 yang diselenggarakan di Taman Gandrung Terakota – Jiwa Jawa Resort, Banyuwangi, Jawa Timur. Namun cuaca sejuk yang menyelimuti langsung dihangatkan oleh tarian Jejer Jaran Dawuk Banyuwangi, guyon pembawa acara Alit dan Ghundi, serta sajian musik dari Bintang Indrianto featuring Sruti Respati pada sesi pertama pukul 09.45 WIB.
Bintang dan Sruti tampil dengan tuntas walau diguyur hujan saat setengah pertunjukan berlangsung. Penonton pun tetap bertahan dengan memakai payung sambil menikmati lagu-lagu Asmaradana, Kendang Kribow, Aku Ewa, Ole Olang, Pewaris, The Beauty of Ijen, dan Ibu Pertiwi. Secara khusus Bintang menciptakan The Beauty of Ijen untuk ditampilkan pada kesempatan ini. Liriknya juga ditulis oleh Sruti Respati. “Saya kagum dengan Ijen, indah sekali. Saya dan teman-teman senang sekali ada momen bersejarah di dunia pertunjukkan musik saat ini di Jazz Gunung Ijen 2020,” kata Bintang.
Para penonton, rekan media, dan undangan yang hadir sejak pagi langsung mengikuti tes swab antigen untuk memastikan dalam kondisi baik sebelum masuk arena pertunjukkan Jazz Gunung Ijen 2020. Total swab antigen yang telah dilaksanakan sebanyak 239 orang.
Memasuki sesi kedua yang berselang 2 jam, Sri Hanuraga Trio featuring Dira Sugandi tampil mempesona membawakan deretan lagu Hyperreality, Paris Berantai, Rangkaian Melati, Ibu Pertiwi, Rek Ayo Rek, Ampar Ampar Pisang, Manuk Dadali, dan Kicir-Kicir.
Rasa senang dan syukur tampak diekspresikan penampil dan penonton yang telah rindu menonton musik secara langsung. Terutama para musisi yang sudah hampir setahun tidak tampil di depan penonton.
“Ini kali pertama kami tampil secara langsung lagi sejak bulan Februari karena berbeda sekali tampil secara virtual sebelumnya. Terima kasih Jazz Gunung Indonesia,” ujar Dira yang mengenakan busana hitam-hitam dengan wajah berseri. Ia juga mendedikasikan lagu Rangkaian Bunga Melati untuk para tenaga kesehatan yang selalu semangat di tengah pandemi.
Tak ketinggalan di sela-sela pertunjukkan kedua pengisi acara, ada dr. Grace Hananta C.Ht dari Gerakan Pakai Masker yang mengingatkan dan memberikan tutorial kepada penonton untuk menggunakan masker dengan baik. Panitia pun tak segan untuk menegur para tamu yang hadir jika tidak mengenakan masker dengan benar.
“Sekarang ini banyak seniman yang OTG (Orang Tanpa Gawean). Ini adalah ikhtiar kita untuk bisa beraktivitas dan menghidupkan industri musik dan pariwisata sambil menjalankan protokol kesehatan,” kata penggagas Jazz Gunung Indonesia, Sigit Pramono sambil meminta penonton tetap menjaga jarak dan memakai masker.
Hadir dalam acara juga, Butet Kertaredjasa yang juga merupakan salah satu pendiri Jazz Gunung Indonesia. Ia juga mengaku sangat senang event ini bisa terselenggara. Menurutnya, Jazz Gunung bisa menjadi satu contoh pertunjukkan yang sehat dan mampu beradaptasi di tengah pandemi.
“Kami Serasakan sesuatu yang lama telah dirindukan, main tidak ada penontonnya itu tidak enak. Saya juga nanti akan tertolong kalau nanti pemerintah dan satgas mulai mempercayai para praktisi seni pertunjukkan untuk bisa menyelenggarakan pertunjukkan secara langsung dan ada penontonnya dengan kepatuhan-kepatuhan yang dirintis oleh acara Jazz Gunung Indonesia. Itu artinya pak Sigit dan Jazz Gunung Indonesia mempunyai jasa yang besar untuk pertunjukkan seni Indonesia,” ungkapnya
Seluruh rangkaian kegiatan Jazz Gunung Indonesia Hybrid Concert didukung oleh BCA, Kemenparekraf, Eiger Adventure, GenBody Inc, Gerakan Pakai Masker, dan Gerakan Solidaritas Sejuta Tes Antigen.
No comments so far.
Be first to leave comment below.