Soundcorners.com, Jakarta – Sinéad O’Connor kembali setelah sekian lama lewat interpretasi ulang luar biasanya untuk Trouble Of The World, lagu tradisional yang ddipopulerkan oleh penyanyi gospel ternama Mahalia Jackson.
Single ini dirilis pada Oktober lalu via Heavenly Recordings dan menjadi lanjutan untuk single-nya sebelumnya Troubled Soon Be Over yang ia rilis untuk kompulasi Tribute to Blind Willie Johnson pada 2015 lalu. Seperti lagu orisinilnya, lagu ini sangat menyentuh perasaan dan membawa pesan-pesan yang menggugah, menunjukkan kepekaan musisi ini dalam menyentuh topik-topik kekinian dengan pandangan yang positif.
“Bagiku, lagu ini bukan tentang kematian atau mati. Lagu ini berisi pesan tentang ketidakpastian perjalanan hidup manusia untuk membuat dunia ini seperti surga, dan kita akan tiba di sana,” Sinéad mengomentari lagu ini.
Narasi lirik Trouble Of The World yang penuh inspirasi ini mirip dengan keadaan saat ini, apalagi mengingat peristiwa kematian George Floyd dan permasalahan rasisme yang masih mendarah daging di penjuru dunia.
Don Letts – musisi, DJ, manajer band, sutradara video, dan pendukung gerakang sosial – bersama dengan Sinéad membuat video klip yang sama menggugahnya dengan lagu ini. Syuting video ini dilakukan di selatan London, di jalanan Peckham Rye dengan backdrop Asylum Chapel. Video hitam-putih yang dipadukan dengan video demonstrasi memberikan nuansa emosi yang senada dengan lagu ini.
Trouble Of The World juga dirilis versi acapella-nya via Heavenly Bandcamp – lewat kampanye Bandcamp Friday yang menggratiskan biaya distribusi, dan semua keuntungan dari lagu ini akan didonasikan untuk yayasan amal Black Lives Matter. Sinéad mengalokasikan seluruh keuntungannya sebagai donasi Black Live Matters yang tidak hanya mendanai berbagai gerakan, tetapi juga mempertegas ketidakkonsistenan di masyarakat.
Di lagu ini, Sinead berkolaborasi dengan produser David Holmes, dan merekam lagu ini di Belfast, Ireland pada saat lockdown mulai berkurang. Trouble Of The World membawa kesenduan yang mirip dengan permasalahan dunia saat ini. Sekali lagi, Sinead mengajak para pendengarnya untuk merenungi ironi dan kesamaan antara masa lalu dan masa kini.
Kedua musisi ini berhasil menampilkan lagu yang healing dan menjadi suara untuk mereka yang masih mempertanyakan kondisi beberapa bulan kebelakang, yang juga merepresentasikan hak-hak sipil yang terabaikan selama bertahun-tahun di US. Lewat vokalnya yang indah dan menggugah, dengan sentuhan punk masa lalu, dikombinasikan dengan keberanian dan kelembutan khasnya – unik, pionir, dan visioner, semua ini tidak mampu seutuhnya mendeskripsikan potensi Sinéad O’Connor yang tidak terbatas.
No comments so far.
Be first to leave comment below.